Dua minggu belakangan, sering sekali saya mendengar kalimat berikut:
"Ki, gemukan ya? Naik berapa kilo?".
Awalnya, ketika masih satu-dua orang saja yang berkata begitu, saya acuh. Saya cuma menjawab:
"Ah, perasaan lu doank kali."
Tapi ketika sudah lebih dari lima orang mengatakan hal serupa, mau tak mau saya berpikir.
Bukti statistik yang ditunjukkan oleh teknologi canggih bernama timbangan pun ternyata memverifikasi hipotesis teman saya tersebut.
Oke deh, saya ngaku berat saya bertambah.
Saya sadar, belakangan ini kebanyakan aktivitas saya harus dilakukan di depan komputer, berjam-jam, minim gerakan.
Olahraga pun sudah jarang sekali.
Walau saya bukan orang yang segitu pedulinya terhadap penampilan, tapi kalo sampai dibiarkan dan saya makin menggendut, rasanya tidak baik juga untuk kesehatan.
Saya tidak ingin sampai disarankan mengikuti program THE BIGGEST LOSERS.
Tidaaaaaaaaaaaaaaak! *oke, ini lebai*
Akhirnya saya berkaul, setiap pagi saya akan berolahraga. Entah bersepeda, entah joging, apa pun. Harapannya saya bisa menurunkan berat dan hidup sedikit lebih sehat. Persiapan pun dirancang. Rute bersepeda sudah ditentukan. Jam weker sudah diatur untuk berbunyi pukul 4.30. Jam tidur pun sedikit dimajukan agar kualitas & kuantitas tidur tidak berkurang.
Esoknya saya terbangun oleh jam weker. Dengan setengah malas saya berganti pakaian, cuci muka, dan bersiap olahraga. Tapi saya baru ingat bahwa saking lamanya sepeda tidak dipakai, bannya pun kempes. Oke, jam segitu belum ada tukang tambal ban yang buka. Opsi untuk naik sepeda pun dicoret. Pilihan berikutnya: Joging.
Baru saja saya bersiap untuk joging, tiba-tiba Ibu saya memanggil. Rupanya beliau sudah bangun juga. Panggilannya ternyata mengubah hidup saya selama hari itu. Dulu, saya sering bangun pagi untuk mengantarkan Ibu saya ke pasar, baik untuk belanja maupun sekedar cari sarapan. Belakangan, karena banyaknya hal yang harus saya lakukan sampai larut malam dan tidak bisa bangun pagi, saya tidak pernah lagi melakukan aktivitas tersebut.
Nah, karena melihat saya sudah bangun pagi, Ibu saya mengajak untuk pergi cari sarapan bareng.
Perang batin pun melanda. Lebih dahsyat daripada perang di Ampera maupun di Tarakan.
Antara berolahraga untuk menurunkan berat badan, atau mengantarkan Ibu saya pergi cari sarapan.
Pilih mana ya? Hmmm... Saya pun berkontemplasi dan berpikir keras.
L...
O........
A..............
D....................
I...........................
N.............................
G...................................
Akhirnya keputusan diambil.
Saya memilih untuk berbakti pada orangtua.
Karena saya sayang Ibu dan Ayah saya.
Juga sayang pada nasi uduk + telor cabe + bihun + bakso goreng terenak yang pernah saya makan pukul enam pagi.
Hari itu juga, di kampus, lagi-lagi ada yang bertanya: "Ki, naik berapa kilo?"
Ah, sudahlah. Mungkin belum saatnya. Teriak batin saya. Saya hanya bisa mengembangkan senyum.
Catatan Pribadi.
Okki Sutanto, 9 Oktober 2010.
(Tiga hari belakangan sukses berolahraga di pagi hari!!)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar