Dua abad berlalu sejak penanggalan suku Maya habis
Kini riwayatmu yang habis, sahabatku
Kau, yang telah sekian lama berkuasa
kini tinggal secoret tinta dalam lika-liku sejarah
Padam apimu sudah lama divisikan, terlebih sejak aku lahir
Orang-orang lebih memilihku, seakan kita berdua tidak bisa dipilih bersamaan
Padahal sejatinya,
kita berasal dari situasi yang sama kawanku, yakni penindasan.
Tapi itu pula yang lantas membedakan kita..
Aku berasal dari sejarah penindasan, dan terus melawan penindasan
Tidak sepertimu yang justru terlena dalam kemegahan kuasa,
dan tak sadar berbalik menciptakan penindasan
Aku tahu sebenarnya niatmu tak begitu,
Tapi apa daya, tabiat anak-anakmu sulit diatur
Sebagai ayah kau gagal, meski kumaklumi karena kau pun tak ber-ayah
Mereka pula yang bersikeras memanggilmu ayah, bukan kau yang meminta mereka
Lama aku mengajak anak-anakmu untuk bergandengan tangan
Keras perjuanganku meyakinkan mereka untuk menghirup udara dari bumi yang sama
Namun rupanya kejayaan masa lalu begitu sulit mereka lepaskan
Mereka lupa bahwa tidak selamanya kehidupan memiliki siklus
Kini aku menguasai dunia, kawanku
Meski itu bukan tujuanku
Dunia jauh lebih tenteram tanpamu, sahabatku
Meski itu bukan inginku
Salam hangat, wahai sahabatku...
Aku ucapkan hanya untukmu, Agama.
Salam,
Nalar.
------------------------------------------------------------------
Jakarta, 15 Mei 2010
Okki Sutanto
(masih mencoba melihat kedua sahabat itu bersamaan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar