RUTINITAS KAMI
Entah sejak kapan, kami berenam sepakat untuk rutin berkumpul di tempat ini. Tidak begitu bagus memang tempatnya, tapi tidak begitu jelek juga. Setidaknya kami memiliki ruang untuk melepas penat, berbicara banyak tentang kenangan bersama masa SMA, berbicara mengenai pekerjaan sekarang, keluarga, dan lain sebagainya. Tidak mudah bagi kami untuk berkumpul, mengingat kepadatan jadwal masing-masing dari kami.
Kami tidak pernah berjanji atau membuat kesepakatan, bahwa kami akan rutin berkumpul di sini. Ini semua terjadi alami begitu saja. Tanpa diutarakan secara verbal, kami tahu ini sudah menjadi tradisi kami. Dan kami juga tahu, bukan hanya kami yang rutin berkumpul di sini untuk bercengkrama, jauh sebelum kami sudah banyak yang melakukannya. Mungkin karena suasana tempat ini yang begitu nyaman. Mungkin karena kemudahan akses. Mungkin karena musik yang disuguhkannya. Entahlah, aku enggan untuk menganalisis.
Hari ini kami sedang membicarakan tentang masalah di tempat kerja masing-masing. Ada Rudi yang mulai mengeluhkan bawahannya yang sulit diatur. Ada masalah Alvin dengan pemilik saham di perusahannya. Ada juga Linggo yang sedang kesulitan menyusun Sistem Komputerisasi di perusahaan multinasional. Sebenarnya tidak semua masalah yang diutarakan di sini akan menemui solusi, namun setidaknya kami tahu bahwa kami tidak sendiri ketika menghadapi masalah. Itu sudah cukup.
Hal lain yang membuat kami senang untuk berkumpul di sini adalah karena tempat ini ramai. Cukup banyak orang berlalu lalang yang bisa kami komentari penampilannya. Tak jarang kami juga mencoba menggoda Mario, satu-satunya di antara kami yang masih lajang, dengan mencoba memperkenalkannya dengan pengunjung wanita yang menurut kami menarik. Biasanya sih berakhir dengan kegagalan, karena Mario terlalu pemalu untuk itu. Tak peduli, kami toh akan tetap membantunya lain kali.
Pembicaraan baru mulai menghangat ketika Arthur melemparkan topik liburan bersama ke luar negeri. Kami cukup antusias mendengarnya. Liburan bagaikan fatamorgana di tengah kepadatan kami saat ini. Masing-masing mulai mengutarakan ide dan pendapatnya. Mulai dari tujuan liburan hingga waktunya. Mulai dari acara hingga budgetnya.
Namun kami harus menunda pembicaraan kami ke kesempatan lain, seperti biasa. Bagaimana pun, kami tidak bisa terus menghabiskan waktu di sini. Ada keterbatasan waktu yang kami miliki.
Lagi pula, kebaktian hari ini sudah usai. Gerbang gereja akan segera ditutup.
---------------------------------------------------------
Jakarta, 25 Maret 2010.Okki Sutanto
(merasa ini tidak sepenuhnya fiksi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar