Catatan Pribadi.
(baru diarsipkan, sebelumnya dipublikasikan di Facebook)
Beberapa hari belakangan ini, saya mendapat kado istimewa: sariawan di lidah.
Sakitnya itu luar biasa. Digerakkan sedikit saja, rasa perih menghujam.
Terkena sedikit air, rasa perih pun kembali menghujam.
Pokoknya, mau ngapa-ngapain jadi susah.
Hanya karena luka yang diameternya tidak sampai satu centi itu, hidup saya benar-benar menderita.
Berbagai aktivitas harian yang seharusnya bisa dijalankan tanpa usaha sama sekali,
belakangan menjadi aktivitas yang menguras energi, daya tahan, dan air mata.
Padahal, sebelumnya bagi saya lidah itu gak ada penting-pentingnya.
Ternyata saya salah. Begitu banyak aktivitas penting yang membutuhkan peran lidah.
Berikut hal-hal yang belakangan ini tidak bisa saya lakukan dengan maksimal, karena sariawan di lidah:
- Minum, mulai dari secangkir teh sampai sebotol air mineral
- Makan, bahkan roti dan bubur
- Ngobrol
- Ngatain orang
- Nelfon
- Presentasi
- Wawancara orang
- Nyanyi-nyanyi pas mandi
- Gosok gigi
- Bertanya
- Menyampaikan pendapat
- dsb.
Begitulah. Karena luka setitik yang mengganggu itu, banyak sekali masalah yang ditimbulkannya.
Mungkin luka ini ingin mengajarkan sesuatu.
Bahwa hal-hal kecil dan rutin seringkali tidak kita anggap dan nikmati.
Padahal, hidup kita ini didominasi oleh rangkaian hal-hal kecil yang rutin.
Jika kita hanya bisa menikmati hal-hal besar yang datang sekali-sekali,
bagaimana kita bisa menikmati hidup?
Ah, saya tak peduli
Yang saya butuhkan hanya lidah saya ini cepat beroperasi normal kembali.
Jakarta, 22 Mei 2011
Okki Sutanto
(mencoba lebih mencintai lidah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar